Bakrie Telecom Lagi Dipantau Ketat


Di hari pertama puasa Ramadan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih bisa lanjutkan penguatan dengan kenaikan tipis 2 poin. Investor asing masih terus melepas saham. Pada perdagangan preopening, IHSG naik tipis 2,210 poin (0,04%) ke level 4.947,963. Sedangkan Indeks LQ45 menguat tipis 0,563 poin (0,07%) ke level 850,740. Rengga Sancaya/dettikcom.

Jakarta - 

Upaya yang dilakukan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) agar tidak didepak dari pasar modal tengah dipantau oleh PT Bursa Efek Indonesia. Salah satunya mengenai keberlangsungan hidup perusahaan.

Saham BTEL sendiri sudah disuspensi hampir 2 tahun berturut-turut, yang berarti hampir memenuhi syarat untuk di-delisting. BEI mengumumkan bahwa saham BTEL sudah dibekukan selama 20 bulan dari 27 Mei 2019.

Pembekuan saham BTEL akan mencapai 24 bulan atau 2 tahun penuh pada 27 Mei 2020. Potensi delisting itu tertuang dalam Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham.

Pada Ketentuan III.3.1.2 berbunyi BEI dapat menghapus saham perusahaan tercatat apabila saham perusahaan tercatat yang akibat suspensi di pasar reguler dan pasar tunai, hanya diperdagangkan di pasar negosiasi sekurang-kurangnya selama 24 bulan terakhir.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan perseroan sendiri telah mempublikasikan rencana upaya perbaikan pada tanggal 14 Agustus 2020. Pada intinya Bakrie Telecom melalui entitas anaknya akan masuk ke beberapa bisnis baru yang telah direncanakan sampai dengan tahun akhir tahun 2021 ini.

"Selanjutnya pada tanggal 17 Januari 2021, Perseroan juga telah mempublikasikan Laporan Keuangan periode 30 September 2020 (audited) yang mendapatkan opini Wajar Dengan Pengecualian," tuturnya kepada awak media, Rabu (20/1/2021).

Nyoman menambahkan, saat ini BEI tengah melakukan evaluasi lebih lanjut terkait kesesuaian laporan keuangan perseroan dengan standar pelaporan yang berlaku. Selain itu BEI juga memantau upaya konkrit Bakrie Telecom untuk mempertahankan keberlangsungan usaha (going concern).

"Bursa juga masih menunggu penyelesaian beberapa kewajiban Perseroan kepada Bursa, sehingga Bursa belum dapat melakukan pembukaan penghentian sementara perdagangan (unsuspensi) efek Perseroan," tegasnya.

Kondisi keuangan Bakrie Telecom terbilang mengkhawatirkan. Total utang BTEL dalam laporan keuangan 2020 turun dari posisi 2019 sebesar Rp 13,35 triliun menjadi Rp 9,6 triliun. Namun jumlah aset BTEL turun drastis dari Rp 11,23 miliar menjadi Rp 4,5 miliar. Jika dihitung utang BTEL mencapai 2.133 kali lipat dari asetnya.

Perusahaan juga mengalami kerugian sebesar Rp 60,17 miliar. Catatan itu berbanding terbalik dengan capaian di 2019 yang berhasil menorehkan laba bersih Rp 7,17 miliar.

Pendapatan usaha bruto BTEL turun dari Rp 10 miliar menjadi Rp 8,1 miliar. Beban pokok turun dari Rp 6,25 miliar menjadi Rp 5 miliar. Sehingga pendapatan usaha neto turun dari Rp 4 miliar menjadi Rp 3 miliar di 2020.

BTEL berhasil mengurangi total beban usaha dari Rp 27,3 miliar menjadi Rp 10,7 miliar. Namun beban keuangan perusahaan membengkak drastis dari hanya Rp 15 juta menjadi Rp 71,56 miliar.

sumber:https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-5342206/bakrie-telecom-lagi-dipantau-ketat/2

Share:

Arsip Blog

Recent Posts